English Derby: Latar belakang dibalik persaingan Manchester United vs Liverpool

Persaingan dua tim tersukses sepanjang sejarah sepakbola Inggris.
Permusuhan antar kedua klub didasari faktor yang jauh dari dunia sepakbola.
Rivalitas dua klub papan atas asal Inggris, Manchester United dan Liverpool boleh jadi merupakan salah satu persaingan paling panas di dunia sepak bola. Apapun situasinya, pertemuan di antara mereka selalu menyajikan pertandingan dengan tensi tinggi, keras, dan dijamin seru. Suporter kedua tim juga dikenal saling membenci satu sama lain, suasana di dalam stadion juga selalu diramaikan dengan adu mulut antar suporter yang diwarnai dengan caci maki yang kadang melewati batas. Jangan lupakan juga fakta bahwa mereka adalah dua klub paling berprestasi di sepak bola Inggris di mana tercatat Manchester United telah mengoleksi 19 gelar Liga Inggris (sampai artikel ini ditulis) dan Liverpool mengoleksi 18 gelar.
Selain persaingan yang dilandasi prestasi, persaingan antar kedua klub ini ternyata didasari sesuatu yang jauh dari hal sepakbola. Faktanya adalah, warga kota Manchester dan Liverpool memang saling membenci satu sama lain di mana hal ini diawali dari dasar ekonomi. Kota Manchester sejak tahun 1800 dikenal sebagai kota perindustrian, sementara di sisi lain Liverpool dikenal sebagai kota pelabuhan. Jarak yang dekat diantara kedua kota menjadikan persaingan kerap terjadi di antara mereka. Sebagai kota pelabuhan, Liverpool menjadi bagian penting dalam ekonomi Inggris, imbasnya pun sangat terasa di kota tersebut, pada saat  itu kota Liverpool jauh lebih makmur.
Liverpool pada era 1800an merupakan kota yang jaya berkat pelabuhannya.
Namun semua berubah sekitar tahun 1887-1894, dimana kota Mancheseter membangun sebuah kanal sepanjang 58 km yang memberikan mereka akses langsung menuju laut. Kanal tersebut merupakan awal runtuhan kejayaan Liverpool yang menyebabkan ribuan orang menganggur. Akibatnya muncullah kebencian warga Liverpool terhadap kota Manchester. Kebencian ini diwariskan dari ayah kepada anak-anaknya, lalu kepada cucu-cucunya, dan seterusnya, dan tentu saja kebencian ini merembet ke aspek penting lain dalam kehidupan masyarakat Inggris, yaitu sepak bola.
Namun persaingan mereka dalam sepak bola mulai benar-benar meledak pada akhir 1950an. Suatu saat sekitar bulan November 1959, Bill Shankly yang merupakan pelatih di Huddersfield didatangi dua petinggi dari Liverpool.
"Apakah Anda berminat menjadi pelatih di klub terbaik Inggris?" tanya salah satu dari kedua petinggi Liverpool itu.
"Mengapa? Apakah Matt Busby mengundurkan diri?" Jawab Shankly.
Apa yang dikatakan Shankly menggambarkan bagaimana Matt Busby pelatih legendaris Manchester United sedang merajai dunia persepakbolaan Inggris. Sedangkan Liverpool saat itu hanya tim yang bersaing di divisi dua Liga Inggris, jauh dari gelar "terbaik" di Inggris.  Shankly sendiri sebenarnya mengagumi pemain-pemain MU maupun klub itu, tetapi pada saat bersamaan ia mempunyai tekad membara untuk menyingkirkan United sebagai penguasa sepakbola Inggris.
Inilah Bill Shankly, sosok paling penting dalam kejayaan Liverpool.
Figur Shankly ini bisa jadi menjadi pemicu rivalitas sengit antara kedua klub raksasa Inggris ini. Shankly yang prestasinya biasa-biasa saja sebelum memegang Liverpool, hanya dalam waktu lima tahun membawa Liverpool dari klub papan tengah divisi dua menjadi juara divisi satu menyingkirkan United dan Everton yang berada dalam puncak prestasinya pada masa tersebut. Dua tahun kemudian di tahun 1966 ia mengulangi prestasi itu. Tahun 1965, ia membawa Liverpool menjuarai Piala FA untuk pertama kalinya. Sejak pertengahan tahun 60-an, pertarungan MU melawan Liverpool menjadi salah satu pertandingan paling sengit dan paling ditunggu oleh publik Inggris. Seolah lepas dari konteks keseluruhan kompetisi liga, kedua klub bagaikan memiliki tekad siapapun yang menjadi juara tidak masalah yang terpenting adalah dapat mengalahkan rival mereka.
Shankly tidak lagi membawa Liverpool menjadi juara divisi satu hingga tahun 1973. Namun dalam proses kebangkitan Liverpool ia menanamkan kepercayaan diri yang besar bahwa Liverpool adalah tim terbesar di Inggris. Bahwa bermain untuk Liverpool adalah sebuah kehormatan terbesar dalam olahraga Inggris, dan walaupun Liverpool tidak meraih titel Liga Inggris, mereka harus bisa mengalahkan siapapun tim terkuat di atas lapangan. Shankly dengan berani menjadikan United yang saat itu merupakan penguasa Inggris sebagai target yang harus dilewati. Sebagai kota yang dekat dengan Liverpool dan dengan sejarah permusuhan antara dua kota, mengalahkan Manchester United dijadikan motivasi penting bagi pemain Liverpool.
Tim Liverpool warisan Shankly yang menguasai Inggris.
Ketika revolusi yang diawali oleh Shankly diteruskan oleh Bob Paisley dan kemudian Joe Fagan, membuat Liverpool bukan saja raja Inggris tetapi juga Eropa. Nasib United justru terseok-seok bahkan sempat terdegradasi ke divisi dua di tahun 1975.  Pada pertangahan 1970an hingga 1980 kedua kota sama-sama merasakan krisis ekonomi yang melanda seluruh dunia, tapi penduduk Liverpool masih bisa bergembira dengan penampilan 'The Reds' yang sedang berada di puncaknya pada periode ini. Mereka berhasil menjadi juara liga lima kali di masa ini. Sebanyak lima kali juga merebut trofi di level Eropa. Kesuksesan mereka di Eropa masih menjadikan Liverpool sebagai tim paling sukses di ranah Inggris Raya dalam kompetisi antar tim terbaik Eropa. Fakta inilah yang semakin memicu perselisihan diantara warga Manchester dan Liverpool.
Meski Liverpool telah mengambil posisi United sebagai klub paling sukses di Inggris pada era tersebut, tetapi mereka tahu melawan United adalah persoalan berbeda, kehancuran United faktanya tidak membuat pertandingan antar kedua klub kehilangan tensi. Hal ini justru menjadikan pertemuan kedua tim semakin panas,baik pemain maupun suporter berlomba-lomba ingin saling mengalahkan. Kenyataan bahwa Liverpool berhasil menjadi raja di Inggris tentu saja memanaskan tetangga mereka.
Persaingan akhirnya kembali memanas saat seorang manajer asal Skotlandia datang untuk membesut Manchester United. Dalam konfrensi pers pertamanya sebagai manajer United, sang manajer langsung mengeluarkan pernyataan bahwa ia berniat mengalahkan Liverpool sebagai tim terbaik di Inggris. Sang manajer adalah Alex Ferguson. Sebagai pelatih yang sebelumnya hanya melatih tim-tim Skotlandia, pernyataannya tersebut langsung mengundang reaksi dari kubu Liverpool. Bagaimana tidak, pelatih yang belum memiliki prestasi membesut tim besar berani menantang kesaktian Liverpool. Alex Ferguson-pun langsung menjadi pelatih yang sangat dibenci masyarakat Liverpool.
Ia datang ke Manchester dengan misi menghancurkan Liverpool.
Liverpool saat ini semakin memiliki alasan untuk membenci Ferguson, kenyataannya Manchester United saat ini telah melampaui rekor gelar juara 18 kali Liga Inggris yang selama ini dibanggakan Liverpool. Saat artikel ini ditulis, Manchester United telah menjadi juara sebanyak 19 kali dan sedang dalam posisi yang sangat bagus untuk meraih gelar mereka ke 20, sementara Liverpool? Mereka terseok-seok di papan tengah Liga Inggris.
Sejak kedatangan Ferguson, United memang berhasil menjadi raja di Liga Inggris, raihan gelar juara yang terus menerus datang ke Old Trafford sementara Liverpool justru kesulitan untuk konsisten bersaing di papan atas. Di era yang sudah sangat jauh dari permasalahan ekonomi antar kedua kota, pertandingan diantara mereka masih saja panas.
Manchester United menguasai lebih menguasai era sepakbola modern.
Begitu banyak insiden-insiden terjadi saat kedua klub bertemu yang semakin memanaskan mereka. Mulai dari kasus rasialisme yang dilakukan penyerang Liverpool, Suarez kepada pemain United, Patrice Evra hingga perayaan-perayaan gol dan kemenangan kedua tim yang kerap sedikit berlebihan. Belum lama ini kita juga pernah melihat bagaiamana gelandang muda Liverpool, Jonjo Shelvey yang diusir dari lapangan akibat pelanggaran keras berani memaki Sir Alex Ferguson karena dianggap mempengaruhi wasit.
Well, hal-hal kecil diatas merupakan bumbu dalam rivalitas kedua tim yang tidak akan pudar,  bagaimanapun keadaan tim masing-masing pertadingan yang dijuluki England Derby ini tidak akan sarat gengsi dan selalu panas. Disaat Liverpool mengumandangkan lagu “You’ll Never Walk Alone” yang merupakan theme song mereka, United akan siap membalas dengan kalimat “I Rather Walk Alone”. Disaat Liverpool membanggakan 5 piala Liga Champion milik mereka, United siap membalas dengan 19 (maybe 20) piala Premier League
Sumber :http://www.talkmen.com/articles/read/306/english-derby-latar-belakang-dibalik-persaingan-manchester-united-vs-liverpool/

0 komentar:

Posting Komentar